Kamis, 05 Maret 2015

MAKALAH BERFIKIR KREATIF (CREATIVE THINKING)

BERFIKIR KREATIF
(CREATIVE THINKING)
MAKALAH

Dosen Pengampu         : Ila Nurlaila Hidayat, S.Psi
                        Pada Tanggal               : 16 April 2014

               Disusun Oleh               :  Afina Ratnasari         (1136000003)
                                                               Ayu Sarah                 (1136000021)
                                                               Annisa Nurfitriani     (1136000015)
                                                               Azhar Nurzaman      (1136000022)
                                                               Awal Rochman         (1136000020)
                                                               Dedi Mulyana                       (1136000028)
                                                               Engkos Kosasih        (1136000038)


             Kelas                             : II A
                        Jurusan                                    : Psikologi


                                    








                                 



                
                                                     FAKULTAS PSIKOLOGI
                                      UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN GUNUNG DJATI
    2014/1436H





BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Berfikir Kreatif
Berfikir Kreatif, itulah yang harus dimiliki setiap orang. Mungkin tanpa Berfikir Kreatif orang akan kesulitan dalam pemenuhan kebutuhan hidup di dunia. Kekreatifan akan membedakan manusia satu dengan yang lain sebab memang orang yang kreatif itu lebih maju daripada teman-temannya dan banyak idenya kelihatan aneh atau tidak mungkin bagi mereka.
Berfikir Kreatif  bukanlah suatu yang baru. Ahli-ahli fikir kreatif telah ada ribuan tahun yang lalu, mungkin jauh sebelum menusia menemukan api dan roda. Para ahli fikir tersebut memberdayakan akal pikirannya dan kemampuan kreatifitasnya untuk menghasilkan sesuatu yang baru. Maka dari itu bukan tidak mungkin bagi kita untuk memaksimalkan kemampuan kreatifitas kita sehingga menghasilkan prestasi.
Misalnya pada wisausaha, Seorang wirausaha adalah seorang yang memiliki jiwa dan kemampuan tertentu dalam berkreasi dan berinovasi. Ia adalah seseorang yang memiliki kemampuan untuk menciptakan sesuatu yang baru dan berbeda (ability to create the new and different) atau kemampuan kreatif dan inovatif. Kemampuan kreatif dan inovatif tersebut secara riil tercermin dalam kemampuan dan kemauan untuk memulai usaha (start up), kemampuan untuk mengerjakan sesuatu yang baru (creative), kemampuan untuk mencari peluang (opportunity), keberanian untuk menanggung risiko(risk bearing) dan kemampuan untuk mengembangkan ide. Disinilah suatu kreatifitas sangat diperlukan untuk mengembangkan ide dan bahkan untuk mempertahankan suatu ide yang telah ada.
Dalam berwirausaha terdapat persaingan yang ketat. Untuk memenangkan persaingan, maka seorang wirausahawan harus memiliki daya kreativitas yang tinggi. Daya kreativitas tersebut sebaiknya dilandasi oleh cara berpikir yang maju, penuh dengan gagasan-gagasan baru yang berbeda dengan produk-produk yang telah ada selama ini di pasar. Gagasan-gagasan yang kreatif umumnya tidak dapat dibatasi oleh ruang, bentuk ataupun waktu. Justru seringkali ide-ide jenius yang memberikan terobosan-terobosan baru dalam dunia usaha awalnya adalah dilandasi oleh gagasan-gagasan kreatif yang kelihatannya mustahil.

1.2 Rumusan Masalah
1.2.1 Apa pengertian kreativitas serta manfaatnya bagi manusia ?
1.2.2 Apa saja factor-faktor yang mempengaruhi kreativitas manusia?
1.2.3 Bagaimana Teori Kreativitas?
1.2.4 Sebutkan tahapan dalam berfikir kreatif?
1.2.5 Bagaimana Kreativitas dalam Prespektif Alquran?
1.3 Tujuan
1.3.1 Untuk mengetahui pengertian kreativitas serta manfaatnya bagi manusia
1.3.2 Untuk mengetahui factor-faktor yang mempengaruhi kreativitas manusia
1.3.3 Untuk mengetahui Teori Kreativitas
1.3.4 Untuk mengetahui tahapan dalam berfikir kreatif
1.3.5 Untuk mengetahui Kreativitas dalam Prespektif Alquran
1.4 Manfaat
1.4.1 Tercapainya tujuan makalah sehingga hasilnya dapat dijadikan pertimbangan dalam   menganalisi tentang psikologi umum khususnya berfikir kreatif








BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Pengertian kreativitas serta manfaatnya bagi manusia
A. Pengertian kreativitas
Berikut ini kami sajikan beberapa pengertian kreativitas yang dikemukakan oleh para ahli:
·         Pengertian Kreativitas Menurut  Widayatun: Kreativitas adalah suatu kemampuan untuk memecahkan masalah, yang memberikan individu menciptakan ide-ide asli/adaptif fungsi kegunaannya secara penuh untuk berkembang.
·         Pengertian Kreativitas Menurut  James R. Evans: Kreativitas adalah keterampilan untuk menentukan pertalian baru, melihat subjek perspektif baru, dan membentuk kombinasi-kombinasi baru dari dua atau lebih konsep yang telah tercetak dalam pikiran
·         Pengertian Kreativitas Menurut  Santrock: Kreativitas adalah kemampuan untuk memikirkan tentang sesuatu dalam cara yang baru dan tidak biasanya serta untuk mendapatkan solusi-solusi yang unik.
·         Pengertian Kreativitas Menurut Semiawan: Kreativitas adalah kemampuan untuk memberikan gagasan-gagasan baru dan menerapkannya dalam pemecahan masalah. Kreativitas meliputi baik ciri-ciri aptitude seperti kelancaran (fluency), keluwesan (flexibility), dan keaslian (originality) dalam pemikiran, maupun ciri-ciri non aptitude, seperti rasa ingin tahu, senang mengajukan pertanyaan dan selalu ingin mencari pengalaman-pengalaman baru.
·         Pengertian Kreativitas Menurut  Munandar: Kreativitas adalah kemampuan untuk mengkombinasikan, memecahkan atau menjawab masalah, dan cerminan kemampuan operasional anak kreatif.
Dalam KBBI, kreatif didefenisikan sebagai kemampuan untuk mencipta atau proses timbulnya ide baru. Pada intinya pengertian kreativitas adalah kemampuan seseorang untuk menciptakan sesuatu yang baru, baik berupa gagasan maupun karya nyata, dalam bentuk ciri-ciri aptitude maupun non aptitude, dalam karya baru maupun kombinasi dengan hal-hal yang sudah ada, dan semuanya relatif berbeda dengan yang sudah ada sebelumnya. Sebenarnya, ada banyak pengertian kreativitas, misalnya ada yang mengartikan kreativitas sebagai upaya melakukan aktivitas baru dan mengagumkan. Di lain pihak, ada yang menganggap bahwa kreativitas adalah menciptakan inovasi baru yang mencengangkan.
·         Campbell (dalam Manguhardjana, 1986) mengemukakan kreativitas sebagai suatu kegiatan yang mendatangkan hasil yang sifatnya :
a. Baru atau novel, yang diartikan sebagai inovatif, belum ada sebelumnya, segar, menarik, aneh dan mengejutkan.
b. Berguna atau useful, yang diartikan sebagai lebih enak, lebih praktis, mempermudah, mendorong, mengembangkan, mendidik, memecahkan masalah, mengurangi hambatan, mengatasi kesulitan, mendatangkan hasil yang baik.
c. Dapat dimengerti atau understandable, yang diartikan hasil yang sama dapat dimengerti dan dapat dibuat di lain waktu, atau sebaliknya peristiwa-peristiwa yang terjadi begitu saja, tak dapat dimengerti, tak dapat diramalkan dan tak dapat diulangi.
·         Ciri-ciri kreativitas
Guilford (dalam Munandar, 2009) mengemukakan ciri-ciri dari kreativitas antara lain:
a. Kelancaran berpikir (fluency of thinking), yaitu kemampuan untuk menghasilkan banyak ide yang keluar dari pemikiran seseorang secara cepat. Dalam kelancaran berpikir, yang ditekankan adalah kuantitas, dan bukan kualitas.
b. Keluwesan berpikir (flexibility), yaitu kemampuan untuk memproduksi sejumlah ide, jawaban-jawaban atau pertanyaan-pertanyaan yang bervariasi, dapat melihat suatu masalah dari sudut pandang yang berbeda-beda, mencari alternatif atau arah yang berbeda-beda, serta mampu menggunakan bermacam-macam pendekatan atau cara pemikiran. Orang yang kreatif adalah orang yang luwes dalam berpikir. Mereka dengan mudah dapat meninggalkan cara berpikir lama dan menggantikannya dengan cara berpikir yang baru.
c. Elaborasi (elaboration), yaitu kemampuan dalam mengembangkan gagasan dan menambahkan atau memperinci detail-detail dari suatu objek, gagasan atau situasi sehingga menjadi lebih menarik.
d. Originalitas (originality), yaitu kemampuan untuk mencetuskan gagasan unik atau kemampuan untuk mencetuskan gagasan asli.
Maka,kreativitas merupakan kemampuan seseorang berfikir dan bertingkah laku. Seseorang yang memiliki kreativitas atau kemampuan berfikir divergensi yang tinggi tidak banyak kesulitan dalam memecahkan masalah yang dihadapinya. Oleh karena itu, kreativitas yang didefinisikan para ahli selalu berkaitan  dengan kemampuan berfikir dan bertingkah laku.
B. manfaat kreativitas bagi manusia
Seorang Albert Einstein berkata bahwa imajinasi lebih baik dibanding kecerdasan.  Imajinasi berkait dengan kreatifitas. Kreativitas memberikan banyak manfaat bagi individu maupun masyarakat luas. Berbagai manfaat dari kreativitas sebagai berikut:
·         Membuat Hidup Lebih Indah
Kreativitas akan membuat hidup menjadi lebih indah karena akan dikelilingi oleh hal-hal yang bervariasi dan tidak monoton. Menjalankan kegiatan yang penuh rutinitas akan membuat cepat merasa bosan, tidak semangat, dan pasif. Melakukan hal-hal kreatif yang bervariasi akan memberikan sesuatu yag baru dan segar. Selain bersekolah, sebagai remaja kita juga perlu mencoba hal-hal baru yang positif.
·         Meningkatkan Apresiasi terhadap Ide Orang Lain
Kreativitas akan meningkatkan pengertian dan apresiasi akan berbagai gagasan orang lain. Orang yang kreatif pasti bisa menerima dan menghargai ide-ide orang lain, tanpa memandang siapapun yang memberikan ide tersebut.
·         Meningkatkan Motivasi dan Semangat Hidup
Kreativitas akan meningkatkan semangat atau motivasi hidup. Orang yang kreatif tidak akan takut kehilangan peluang, sebab ia bisa menciptakan peluang sendiri. Orang yang kreatif tidak takut menghadapi masalah karena ia mampu menyelesaikan masalah dengan daya kreatifnya.
·         Salah Satu Faktor Kesuksesan Usaha
Semakin hari kreativtas dalam dunia usaha akan semakin diperlukan. Dalam dunia bisnis kreativitas menjadi salah satu faktor kesuksesan usaha. Semua kegiatan usaha memerlukan kreativitas, mulai penciptaan barang atau jasa, cara produksinya, cara pemasaran, cara pembayaran, dan menjaga kesetiaan pembeli untuk terus menggunakan produknya. Dengan semakin meningkatnya persaingan usaha, kreativitas mutlak diperlukan oleh seorang wirausaha untuk memenangkan persaingan.
·         Awal Terjadinya Inovasi dan Perubahan
Kreativitas menjadi langkah awal terjadinya inovasi (penemuan) perubahan-perubahan. Inovasi adalah hasil pendayagunaan kreativitas tertentu sehingga menjadi sebuah cara, proses, produk, atau sumber nilai baru, yang berbeda dari sebelumnya.
·         Meningkatkan Kualitas dan Taraf Hidup Manusia
Kreativitas berperan besar dalam meningkatkan kesejahteraan dan kualitas hidup manusia. Salah satu ciri karya yang kreatif adalah yang memberikan manfaat sosial sebab jika tidak memberikan manfaat, tidak ada artinya.
2.2 Factor-faktor yang mempengaruhi kreativitas manusia                     
·         Menurut Rogers (dalam Munandar, 2009), faktor-faktor yang dapat mendorong terwujudnya kreativitas individu diantaranya:
a. Dorongan dari dalam diri sendiri (motivasi intrinsik)
Menurut Roger (dalam Munandar, 2009) setiap individu memiliki kecenderungan atau dorongan dari dalam dirinya untuk berkreativitas, mewujudkan potensi, mengungkapkan dan mengaktifkan semua kapasitas yang dimilikinya. Dorongan ini merupakan motivasi primer untuk kreativitas ketika individu membentuk hubungan-hubungan baru dengan lingkungannya dalam upaya menjadi dirinya sepenuhnya (Rogers dalam Munandar, 2009). Hal ini juga didukung oleh pendapat Munandar (2009) yang menyatakan individu harus memiliki motivasi intrinsik untuk melakukan sesuatu atas keinginan dari dirinya sendiri, selain didukung oleh perhatian, dorongan, dan pelatihan dari lingkungan.
Menurut Rogers (dalam Zulkarnain, 2002), kondisi internal (interal press) yang dapat mendorong seseorang untuk berkreasi diantaranya:
1) Keterbukaan terhadap pengalaman
Keterbukaan terhadap pengalaman adalah kemampuan menerima segala sumber informasi dari pengalaman hidupnya sendiri dengan menerima apa adanya, tanpa ada usaha defense, tanpa kekakuan terhadap pengalaman-pengalaman tersebut dan keterbukaan terhadap konsep secara utuh, kepercayaan, persepsi dan hipotesis. Dengan
Universitas Sumatera Utara
demikian individu kreatif adalah individu yang mampu menerima perbedaan.
2) Kemampuan untuk menilai situasi sesuai dengan patokan pribadi seseorang (internal locus of evaluation)
Pada dasarnya penilaian terhadap produk ciptaan seseorang terutama ditentukan oleh diri sendiri, bukan karena kritik dan pujian dari orang lain. Walaupun demikian individu tidak tertutup dari kemungkinan masukan dan kritikan dari orang lain.
3) Kemampuan untuk bereksperimen atau “bermain” dengan konsep-konsep.
Merupakan kemampuan untuk membentuk kombinasi dari hal-hal yang sudah ada sebelumnya.
b. Dorongan dari lingkungan (motivasi ekstrinsik)
·         Munandar (2009) mengemukakan bahwa lingkungan yang dapat mempengaruhi kreativitas individu dapat berupa lingkungan keluarga, sekolah, dan masyarakat. Lingkungan keluarga merupakan kekuatan yang penting dan merupakan sumber pertama dan utama dalam pengembangan kreativitas individu. Pada lingkungan sekolah, pendidikan di setiap jenjangnya mulai dari pra sekolah hingga ke perguruan tinggi dapat berperan dalam menumbuhkan dan meningkatkan kreativitas individu. Pada lingkungan masyarakat, kebudayaan-kebudayaan yang berkembang dalam masyarakat juga turut mempengaruhi kreativitas individu. Rogers Universitas Sumatera Utara
(dalam Munandar, 2009) menyatakan kondisi lingkungan yang dapat mengembangkan kreativitas ditandai dengan adanya:
1) Keamanan psikologis
Keamanan psikologis dapat terbentuk melalui 3 proses yang saling berhubungan, yaitu:
a) Menerima individu sebagaimana adanya dengan segala kelebihan dan keterbatasannya.
b) Mengusahakan suasana yang didalamnya tidak terdapat evaluasi eksternal (atau sekurang-kurangnya tidak bersifat atau mempunyai efek mengancam.
c) Memberikan pengertian secara empatis, ikut menghayati perasaan, pemikiran, tindakan individu, dan mampu melihat dari sudut pandang mereka dan menerimanya.
2) Kebebasan psikologis
Lingkungan yang bebas secara psikologis, memberikan kesempatan kepada individu untuk bebas mengekspresikan secara simbolis pikiran-pikiran atau perasaan-perasaannya.
Munandar (dalam Zulkarnain, 2002) menyatakan faktor-faktor yang mempengaruhi kreativitas dapat berupa kemampuan berpikir dan sifat kepribadian yang berinteraksi dengan lingkungan tertentu. Faktor kemampuan berpikir terdiri dari kecerdasan (inteligensi) dan pemerkayaan bahan berpikir berupa pengalaman dan ketrampilan. Faktor kepribadian terdiri dari ingin tahu, harga diri dan Universitas Sumatera Utara
kepercayaan diri, sifat mandiri, berani mengambil resiko dan sifat asertif (Kuwato, dalam Zulkarnain, 2002).
Selain faktor-faktor yang telah disebutkan di atas, terdapat berbagai faktor lainnya yang dapat menyebabkan munculnya variasi atau perbedaan kreativitas yang dimiliki individu, yang menurut Hurlock (1993) yaitu:
a. Jenis kelamin
Anak laki-laki menunjukkan kreativitas yang lebih besar daripada anak perempuan, terutama setelah berlalunya masa kanak-kanak. Untuk sebagian besar hal ini disebabkan oleh perbedaan perlakuan terhadap anak laki-laki dan anak perempuan. Anak laki-laki diberi kesempatan untuk mandiri, didesak oleh teman sebaya untuk lebih mengambil resiko dan didorong oleh para orangtua dan guru untuk lebih menunjukkan inisiatif dan orisinalitas.
b. Status sosial ekonomi
Anak dari kelompok sosial ekonomi yang lebih tinggi cenderung lebih kreatif daripada anak yang berasal dari sosial ekonomi kelompok yang lebih rendah. Lingkungan anak kelompok sosioekonomi yang lebih tinggi memberi lebih banyak kesempatan untuk memperoleh pengetahuan dan pengalaman yang diperlukan bagi kreativitas.
c. Urutan kelahiran
Anak dari berbagai urutan kelahiran menunjukkan tingkat kreativitas yang berbeda. Perbedaan ini lebih menekankan lingkungan daripada bawaan. Anak yang lahir di tengah, lahir belakangan dan anak tunggal mungkin Universitas Sumatera Utara
memiliki kreativitas yang tinggi dari pada anak pertama. Umumnya anak yang lahir pertama lebih ditekan untuk menyesuaikan diri dengan harapan orangtua, tekanan ini lebih mendorong anak untuk menjadi anak yang penurut daripada pencipta.
d. Ukuran keluarga
Anak dari keluarga kecil bilamana kondisi lain sama cenderung lebih kreatif daripada anak dari keluarga besar. Dalam keluarga besar, cara mendidik anak yang otoriter dan kondisi sosioekonomi kurang menguntungkan mungkin lebih mempengaruhi dan menghalangi perkembangan kreativitas.
e. Lingkungan kota vs lingkungan pedesaan
Anak dari lingkungan kota cenderung lebih kreatif daripada anak lingkungan pedesaan.
f. Inteligensi
Setiap anak yang lebih pandai menunjukkan kreativitas yang lebih besar daripada anak yang kurang pandai. Mereka mempunyai lebih banyak gagasan baru untuk menangani suasana sosial dan mampu merumuskan lebih banyak penyelesaian bagi konflik tersebut.
2.3 Teori kreativitas
Mackler dan Shontz (Semiawan, 1998: 92) mengemukakan bahwa dalam studi kreativitas ada 6 (enam) teori pokok kreativitas, yaitu :
1.      Teori Psikoanalisis.
2.      Teori Assosiasionistik
3.      Teori Gestalt
4.      Teori Eksistensial
5.      Teori Interpersonal.
6.      Teori Trait
Sehubungan degan teori kreativitas di atas, Sunarti, dkk (2001: 31-33) mengemukakan mengenai deskripsi singkat tentang teori kreativitas tersebut yang antara lain sebagai berikut :
1.      Teori Psikoanalisis.
Teori psikoanalisis dikembangkan oleh Freud dengan konsep sublimasi sebagai titik tolaknya. Kemampuan sublimasi merupakan kemampuan merubah tujuan seksual asli menjadi tujuan lain. Perbedaan individu dapat terjadi karena kekuatan instink seksual dan kemampuan sublimasi tersebut. Menurut Freud dalam upaya mengadaptasi kesukaran hidup terdapat tiga alat/cara yang dapat ditempuh yaitu : (1) peralihan minat yang sangat kuat, (2) gratifikasi sunstantif, dan (3) substansi yang memabukkan. Kreativitas dalam hal ini dipandang sebagai pengganti yaitu alat yang dapat melepaskan diri dari kesukaran sehingga dapat mencapai berbagai tingkat kepuasaan dalam waktu yang terbatas.
2.      Teori Assosiasionistik.
Teori assosiasionistik berkenaan dengan kreativitas yang dipelopori oleh Ribot yang merupakan pelopor assosiasionist. Assosiasionist menunjukkan pada pertautan dalam proses mental sehingga suatu proses cenderung menimbulkan proses mental lainnya. Menurut teori assosiasionistik, dalam proses berfikir kreatif, berfikir analogis memainkan peranan penting.
3.      Teori Gestalt.
Teori gestalt memfokuskan perhatiannya terhadap proses terjadinya persepsi dan pengertian pada manusia. Teori ini mengemukakan bahwa pengalaman manusia berstruktur yang terbentuk dalam suatu keseluruhan. Manusia mengamati stimulus dalam keseluruhan yang terorganisir, bukan dalam bagian-bagian yang terpisah.
4.      Teori Eksistensial.
Teori eksistensial menjelaskan bahwa pribadi kreatif dalam momen-momen kreatifnya. Teori eksistensial tidak mencoba mengurangi keseluruhan menjadi segmen-segmen dan menjelaskan proses secara keseluruhan. Jika teori Gestalt memberikan konsep kekuatan medan, struktur, gestalt dan vektor-vektor, maka teori eksistensial hanya memberikan konsep encounter (pertemuan).
5.      Teori Interpersonal.
Teori interpersonal memandang kreativitas menekankan pada creator sebagai  innovator dan orang lain yang mengenal dan mengakui kreasinya. Dengan kata lain teori ini memandang penting arti nilai dalam karya kreatif, karena nilai mengimplikasikan pengakuan dan kontrol sosial.
6.      Teori Trait.
Karakteristik pada individu yang dapat diteliti melalui suatu pendekatan yang menekankan pada perbedaan individual. Guilford menjelaskan bahwa trait utama pada manusia berkaitan dengan kreativitas. Trait tersebut mencakup antara lain: sensitivitas terhadap masalah, kelancaran berfikir, keluwesan berfikir, orisanalitas berfikir, redefinisi dan elaborasi.
2.4 Tahapan proses berfikir kreatif
Menurut Cropley (1999), terdapat 3 tahapan perkembangan kreativitas diantaranya:
a. Tahap prekonvensional (Preconventional phase)
Tahap ini terjadi pada usia 6–8 tahun. Pada tahap ini, individu menunjukkan spontanitas dan emosional dalam menghasilkan suatu karya, yang kemudian mengarah kepada hasil yang aestetik dan menyenangkan. Individu menghasilkan sesuatu yang baru tanpa memperhatikan aturan dan batasan dari luar.
b. Tahap konvensional (Conventional phase)
Tahap ini berlangsung pada usia 9–12 tahun. Pada tahap ini kemampuan berpikir seseorang dibatasi oleh aturan-aturan yang ada sehingga karya yang dihasilkan menjadi kaku. Selain itu, pada tahap ini kemampuan kritis dan evaluatif juga berkembang.
c. Tahap poskonvensional (Postconventional phase)
Tahap ini berlangsung pada usia 12 tahun hingga dewasa. Pada tahap ini, individu sudah mampu menghasilkan karya-karya baru yang telah disesuaikan dengan batasan-batasan eksternal dan nilai-nilai konvensional yang ada di lingkungan.
Kreativitas dapat ditingkatkan dengan cara memahami bahwa proses kreatif terdiri dari empat tahap yang masing-masing membutuhkan kerja keras.
1. Persiapan : proses mengumpulkan informasi, menganalisa dan mengeksplor solusi. Langkah ini mencakup persiapan akal untuk siap berfikir kreatif, Pelatihan formal, pelatihan saat kerja, pengalaman bekerja dan mengambil peluang belajar lainnya. Pelatihan ini memberikan dasar cara membangun kreatifitas dan inovasi.
2. Inkubasi : Alam bawah sadar memerlukan waktu untuk merefleksi informasi yang dikumpulkan
3. Penerangan : inspirasi tidak datang saat seseorang sedang memikirkan suatu masalah, melainkan ketika dia berada dalam keadaan yang rileks. fase dalam proses kreatif ini terjadi selama fase inkubasi ketika terobosan spontan menyebabkan seorang tersebut mendapatkan suatu pencerahan
4. Verifikasi : Bagi wirausahawan, menguji ide memastikan akurasi dan manfaatnya, dijalankan dengan melakukan percobaan, menjalankan simulasi, menguji pemasaran produk atau jasa, menetapkan program pemandu dalam skala kecil, membuat prototype dan banyak kegiatan lainnya yang dirancang untuk memverifikasi bahwa ide baru tersebut bisa diterapkan dengan berhasil dan praktis.
Kendala yang Menghambat Kreativitas
1. Berpikir negatif pada individu dan tim : fokus pada aspek negatif dari suatu masalah daripada mencari peluang untuk menemukan solusi
2. Takut akan kegagalan : sebuah rasa takut akan kegagalan dan takut tampil bodoh di hadapan orang lain
3. Kurangnya waktu berpikir yang berkualitas dan pengalaman yang menarik : stress dapat mempersulit untuk dapat berfikir objektif dan menghambat proses berfikir yang alami
4. Banyaknya aturan dan peraturan, kurangnya kebebasan untuk berkembang : terlalu banyak peraturan dapat mendorong kemalasan seseorang. Seseorang perlu kebebasan untuk dapat berpikir kreatif dan mengembangkan kreativitasnya..
5. Membuat asumsi yang belum tentu benar : kegagalan dalam mengidentifikasi asumsi yang anda buat akan menghambat proses berkembangnya ide baru. Jadi tidak seharusnya kita terlalu banyak berasumsi, karena asumsi tersebut belum tentu benar.
6. Terlalu banyak logika: terlalu banyak menggunakan logika diluar imajinasi, intuisi, dan sintesis dari proses berpikir
7. Berpikir tidak kreatif : rintangan yang terbesar adalah ketika anda berpikir bahwa anda tidak kreatif
Orang yang tidak kreatif memiliki ciri-ciri : Tidak dapat berpikir positif terhadap suatu permasalahan Terlalu sibuk dan stress untuk dapat berpikir secara objektif Sangat kritis terhadap diri sendiri Takut untuk menggunakan ide baru Takut terlihat bodoh dihadapan orang lain rentan untuk menerapkan logika sebagai resor pertama dan terakhir ragu bahwa banyak orang yang mampu menjadi kreatif tidak mampu berpikir secara lateral tidak terinspirasi walaupun dihadapkan dengan ide baru
Di sisi lain kreatifitas dalam diri seseorang dapat didorong dengan mengeksplor kualitas dan karakteristik dari orang lain yang berpikir kreatif dan aktivitas juga tahap-tahap yang dapat dilakukan untuk meningkatkan proses berpikir kreatif.
Mengembangkan Kreativitas
Agar seseorang menjadi kreatif dapat melakukan langkah-langkah :
1. Berpikir diluar kerangka masalah
Dapat bersifat terbuka terhadap observasi dan pemikiran baru, walaupun terlihat aneh pada awalnya. Kita cenderung untuk melihat apa yang kita harapkan, tapi jika kita mau membuka pikiran kita diatas batas wajar kita akan menjadi lebih jeli, objektif, dan kreatif dalam pikiran kita. Dapat mempertimbangkan titik awal dan perspektif ketika mencari solusi dapat sangat mengispirasi. Pendekatan masalah dari sudut pandang yang berbeda
dapat mendorong munculnya ide baru. Berpikir kreatif dapat menjadi sebuah petualangan baru yang menimbulkan sebuah pengalaman yang sangat berharga.
2. Mengenali kapan asumsi harus dibuat dan saat tidak boleh menggunakan asumsi
Jangan menganggap semua yang kita asumsikan adalah benar. Jangan mengedepankan persepsi atau ide-ide yang dimiliki sebelum mendapatkan pengetahuan yang sebenarnya. Asumsi dan persepsi seringkali tidak beralasan dan dapat menyesatkan, serta hambatan yang besar untuk dapat berpikir kreatif.
3. Berpikir picik dan memperluas bidang visi (untuk menggambar pada pengalaman lainnya individu dan bisnis).
Sangat mudah jika hanya berpikir dalam sebuah ruang lingkup ketika Anda dihadapkan dengan suatu masalah, tetapi jika Anda memperluas parameter Anda, jawaban yang muncul mungkin lebih dekat dari yang Anda pikirkan. Teknologi dan praktik di industri selain diri sendiri mungkin memicu ide, yang mengarah kepada solusi. Pengalaman dapat memperluas wawasan Anda dan membuka segala macam jalan baru untuk berpikir
4. Mengembangkan dan menyesuaikan ide-ide lebih dari satu sumber
Sebagai manusia kita tidak bisa membuat sesuatu asumsi atau keputusan dari ketiadaan, pikiran kita membutuhkan sesuatu bahan atau modal untuk bekerja, jadi kita menggabungkan ide dan unsur-unsur yang sudah ada untuk menciptakan ide-ide dan produk baru. Pemikiran yang kreatif dapat melihat kemungkinan, dan hubungan antara berbagai ide yang tidak terpikirkan sebelumnya.
5. Practice Serendipity (menemukan suatu keterangan yang bernilai secara tidak sengaja pada saat mencari sesuatu yang lain) – memiliki rentang perhatian yang luas dan berbagai kepentingan adalah penting.
Ketika kita terlibat dalam suatu proses pemecahan masalah kita cenderung fokus hanya kepada masalah tersebut tapi kita harus selalu terbuka dan menyadari hal-hal yang datang tak terduga. Apa yang mungkin tampak tidak relevan pada awalnya kemudian bisa menjadi sesuatu yang signifikan jika kita berpikir secara kreatif. Hal ini mungkin akan memakan waktu, yang membuat pemikir kreatif harus mempertahankan banyak informasi dan pengalaman sebanyak mungkin. Pengalaman ini yang mungkin menjadi
pemicu untuk berfikir kreatif yang mungkin menjadi satu-satunya yang dapat memecahkan permasalahan yang sulit.
6. “Teknologi Mentransfer” dari suatu bidang ke bidang lainnya Menjaga pikiran yang terbuka ketika dihadapkan dengan suatu masalah dan melihat di luar situasi kalian sendiri. Seringkali departemen lain, organisasi serta industri bisa memberikan inspirasi untuk mengembangkan gagasan untuk mengatasi tantangan. Para pemikir kreatif paling berhasil memiliki pengetahuan tentang lebih dari satu bidang dan sering membuat nama mereka muncul di beberapa bidang berbeda dari yang mereka kuasai.
7. Menjadi terbuka dan siap menggunakan peluang atau hal-hal tak terduga dan peristiwa yang berguna.
Memiliki fokus perhatian yang luas dan mengembangkan kekuatan pengalaman untuk memanfaatkan kesempatan yang Anda temui dalam hidup Anda. Menggunakan pengalaman Anda untuk menafsirkan hal-hal ini sebagai sesuatu yang berguna tanpa prasangka. Anda mungkin harus menginvestasikan banyak waktu membuka diri untuk pengalaman tetapi mereka akan memberikan Anda dasar referensi yang baik untuk kreativitas dimasa depan.
8. Menggali proses pemikiran dan elemen utama pikiran di tempat bekerja dalam menganalisa, menilai, dan melakukan sintesa
Berpikir kreatif tidak bisa dibagi ke dalam sebuah proses maupun sistem tertentu. Sifat dari kreativitas bisa diartikan merupakan proses yang teratur. Namun, biasanya diawali dengan melakukan analisis sebuah masalah kemudian memainkannya dengan melakukan restrukturisasi. (bersintesa). Selanjutnya kita mengaturnya dengan menggunakan imajinasi kita dan menilai pemikiran yang kita hubungkan menjadi sebuah solusi yang memungkinkan.
9. Menggunakanya kedalam pikiran bawah sadar
Tidur merupakan salah satu cara untuk memungkinkan adanya ide-ide yang akan dihasilkan. Bermimpi membuat anda merasa bebas total dan tidak dirasakan pada saat keadaan normal. Meskipun hal in tidak memberikan jawaban yang tepat tetapi bisa untuk mengarahkan pikiran terjaga Anda ke arah yang benar. Anda harus mencatat mimpi Anda segera setelah Anda bangun sehingga mereka tidak hilang. Otak mampu
menganalisis informasi yang mungkin anda sendiri tidak menyadarinya. Dengan mematikan pikiran sadar Anda, Anda membiarkan pikiran Anda yang mendalam untuk mulai menganalisa, menilai, dan mensintesis pengetahuan di hati anda. Anda tidak dapat mengontrol jenis inspirasi tetapi Anda harus tetap waspada dan penuh harap, agar anda dapat mengetahui ketika ia menampakkan dirinya. 10. Mencatat ide-ide atau pikiran yang telah ditemukan Memiliki notebook adalah cara yang baik sebagai bahan rekaman untuk penggunaan masa depan Anda. Buatlah catatan dari percakapan (nyata atau dari TV atau radio), kutipan dari artikel atau buku dan pengamatan atau pikiran. Naluri Anda akan memberitahu Anda apa yang mungkin relevan untuk pemecahan masalah masa depan dan berpikir kreatif . Tidak perlu terlalu sistematis seperti ketika Anda melihat kembali melalui catatan Anda, Anda akan membuat hubungan di antara point yang tidak terlihat.
11. Menggunakan analogi ( untuk meningkatkan pemikiran imajinatif ).
Alam memiliki banyak jawaban untuk masalah kita. Kami memiliki tantangan mewujudkan mereka dan menerapkan apa yang kita temukan dengan situasi pribadi kita. Model-model lain dapat ditemukan dalam produk yang ada dan organisasi tetapi kita harus sadar untuk tidak menyalin langsung karena hal ini dapat menyebabkan lebih banyak masalah. Kita harus tetap berpikiran terbuka dan sangat jeli ketika melihat lingkungan kita dan menggunakan apa yang kita lihat untuk keuntungan kita.
12. Cobalah untuk kadang-kadang membuat keanehan untuk memicu ide-ide baru
Berpikir kreatif adalah mencari sesuatu yang baru. Kadang-kadang sesuatu yang baru dapat ditemukan dalam keanehan. Dengan membuat keanehan Anda mulai melihat secara berbeda dan ini dapat menyebabkan banyak pikiran kreatif dan juga sebaliknya. Dengan menjadi lebih akrab terhadap keanehan akan membuat anda untuk menjelajahi jalan baru yang mungkin anda tidak menyadari keberadaannya. Kedua proses ini dapat menyebabkan pemikir kreatif untuk ide-ide baru.
2.5 Kreativitas dalam prespektif Al Quran
Belajar sebagai suatu perubahan tingkah laku yang relatif tetap, yang terjadi sebagai hasil dari pengalaman. Banyak hal melibatkan pemecahan masalah dan kreativitas. Akan tetapi kedua proses tersebut berbeda dalam proses berfikirnya. Pemecahan masalah melibatkan pemikiran konvergen yaitu berorientasi pada satu jawaban yang baik dan benar. Sedangkan kreativitas melibatkan pemikiran divergen yaitu proses berfikir yang berorientasi pada penemuan jawaban atau mempunyai alternatif jawaban yang banyak. Belajar kreatif berhubungan erat dengan penghayatan terhadap pengalaman belajar yang sangat menyenangkan yang dijalani melalui tahapan-tahapan kreativitas. Berikut ini adalah model Treffinger untuk belajar kreatif, yaitu: Model Treffinger untuk belajar kreatif Model Treffinger untuk belajar kreatif menggambarkan susunan tiga tingkat yang dimulai dengan unsur-unsur dasar dan menanjak ke fungsi-fungsi berfikir kreatif yang lebih majemuk, yaitu:
a. Tingkat I Basic Tools Pada tingkat ini meliputi keterampilan berfikir divergen dan teknik-teknik kreatif. Keterampilan dan teknik-teknik ini mengembangkan kelancaran dan kelenturan berfikir serta kesediaan mengungkapkan pemikiran kreatif kepada orang lain.
b. Tingkat II Practice with Process Pada tingkat ini memberi kesempatan kepada para siswa untuk menerapkan keterampilan yang dipelajari pada tingkat I dalam situasi praktis. Untuk tujuan ini digunakan strategi bermain peran, simulasi dan studi kasus. Kemahiran dalam berfikir kreatif menuntut siswa memiliki keterampilan untuk melakukan fungsi-fungsi seperti analisis, evaluasi, imajinasi dan fantasi.
c. Tingkat III Working with Real Problems Pada tingkat ini siswa menerapkan keterampilan yang dipelajarinya pada dua tingkat pertama terhadap dunia nyata. Siswa tidak hanya belajar keterampilan berfikir kreatif tetapi juga bagaimana menggunakan informasi ini dalam kehidupan. Dari uraian diatas maka yang dimaksud model pembelajaran kreatif adalah suatu pola pendekatan yang digunakan untuk menciptakan iklim belajar dan pembelajaran yang mendukung bagi berkembangnya kreativitas siswa. Dengan melibatkan keterampilan kognitif maupun afektif pada setiap tingkat dari model ini, Treffinger menunjukkan saling berhubungan dan ketergantungan antara keduanya dalam mendorong belajar kreatif.
ISLAM DAN KREATIVITAS BELAJAR
Mengacu pada penjelasan-penjelasan sebelumnya kreativitas sebenarnya memiliki sifat ilmiah, dan ketika kita berpikir ilmiah, berarti ada orisinilitas di dalamnya. Disamping bersifat ilmiah, kreativitas juga merupakan sesuatu yang khas pada setiap individu. Kreativitas adalah potensi yang pada dasarnya dimiliki setiap orang dalam derajat dan tingkatan yang berbeda-beda antara satu dengan yang lainnya. Hal ini juga sejalan dengan pendapat Asiah (2007) dalam Jurnal Komunitas yang mengatakan bahwa masyarakat pada dasarnya memiliki potensi untuk berkembang. Asiah, lebih lanjut, mengutip pendapat Piaget dalam bukunya Sund tahun 1976 yang mengatakan bahwa kemampuan operasi berpikir manusia ditentukan oleh kemampuan manusia itu sendiri untuk mengasimilasi atau mengadaptasikan lingkungan dalam pikirannya.
Dalam terminologi lain, maka kemampuan berpikir kreatif manusia ini ditentukan oleh dua komponen, pertama adalah kemampuannnya menangkap gejala dan kedua adalah kemampuannya untuk mengkonsepsikan gejala itu menjadi suatu pengertian umum. Namun potensi berpikir kreatif ini tidak berkembang apabila manusia tidak memanfaatkan kesempatannya itu. Kedua pandangan di atas, rupanya sudah dijelaskan secara mendetail di dalam al Qur’an sebagaimana dikutip oleh ahli-ahli agama Islam seperti Quraish Shihab (dalam Nashori & Mucharram, 2002) yang mengatakan bahwa manusia adalah makhluk unik (khalqan akhar). “….Kemudian Kami jadikan dia (manusia) makhluk yang unik. Maka Maha Sucilah Allah, Pencipta Yang Paling Baik.” (QS. Al Mu’min : 12-14) Adapun penyebab kreativitas tidak dapat berkembang secara optimal adalah karena seseorang terlalu dibiasakan untuk berpikir secara tertib dan dihalangi oleh kemungkinannya untuk merespon dan memecahkan persoalan secara bebas. Dengan berpikir tertib semacam ini, maka seseorang dibiasakan mengikuti pola bersikap dan berperilaku sebagaimana pola kebiasaan yang dikembangkan oleh masyarakat atau lingkungannya (dalam Nashori & Mucharram, 2002). Berkenaan dengan kebiasaan berpikir tertib, agama dipandang oleh sementara orang mempunyai peranan terhadap rendahnya kreativitas manusia. Agama dipandang sangat menekankan ketaatan seseorang kepada norma-norma. Sehingga, karena kebiasaan berpikir dan bertindak berdasarkan norma-norma itulah semangat atau niatan untuk berkreasi menjadi terhambat. Pandangan ini dinilai oleh pendapat lain sebagai pandangan yang tidak mengenal esensi agama. Padahal agama diciptakan Tuhan agar kehidupan manusia menjadi lebih baik. Islam misalnya, dilahirkan agar menjadi petunjuk bagi alam semesta (rahmatan lil ‘alamin). Mereka mengakui bahwa agama mengajarkan norma-norma, tapi norma itu bukan berarti membatasi kreativitas manusia. Agama justru yang mendorong manusia untuk berpikir dan bertindak kreatif (dalam Nashori & Mucharram, 2002). Oleh karena itulah maka Allah SWT selalu mendorong manusia untuk berpikir. Seperti firman Allah SWT :
“Demikianlah, Alah menerangkan kepadamu ayat-ayat –Nya, agar kamu berpikir” (QS. Al Baqarah : 219) Ayat di atas memberikan penjelasan bahwa sebenarnya Islam pun dalam hal kreativitas memberikan kelapangan pada umatnya untuk berkreasi dengan akal pikirannya dan dengan hati nuraninya (qalbunya) dalam menyelesaikan persoalan-persoalan hidup di dalamnya. Bahkan, tidak hanya cukup sampai di sini, dalam al Qur’an sendiri pun tercatat lebih dari 640 ayat yang mendorong pembacanya untuk berpikir kreatif. Seperti firman Allah SWT berikut ini :
“Sesungguhnya Allah tidak akan mengubah nasib suatu kaum kecuali kaum itu sendiri yang mengubah apa-apa yang ada dalam diri mereka.” (QS. Ar-Rad : 11) Ayat tersebut menjelaskan bahwa sesungguhnya hanya manusia itu sendiri yang mampu untuk mengubah hidupnya menjadi lebih baik. Allah SWT member potensi pada manusia untuk belajar dan mengembangkan ilmu pengetahuan untuk kemaslahatan manusia itu sendiri. Kreativitas dalam Islam (dalam Faruq 2006; Utami dkk, 2009) tidak sama dengan kreativitas dalam musik, seni, ataupun semacamnya yang bertentangan dengan Qur’an dan Sunnah. Islam adalah agama yang selalu relevan dalam setiap konteks, baik ruang maupun waktu (shalih li kulli zaman wal makan). Salah satu bentuk relevansi Islam dengan konteks yang melingkupinya adalah bagaimana Islam tidak serta merta menolak hal-hal baru hasil kreasi umat manusia dalam masalah keagamaan, meskipun kreasi itu belum pernah ada di zaman Rasulullah masih hidup. Dikatakan bahwa ada dua hal dalam Islam yang termasuk dalam kreativitas, yaitu bid’ah dan ijtihad. Pertama, konsep mengenai bid’ah, bid’ah yang dimaksud di sini adalah bid’ah hasanah. Konsep bid’ah di sini bukanlah menciptakan sesuatu yang baru dan bertentangan dengan ajaran Sunnah, melainkan sebuah konsep bid’ah yang dipandang sebagai sebuah inovasi atau biasa disebut dengan finding something new. Kemudian proses kreatif dalam Islam yang kedua yaitu ijtihad.
Di dalam bid’ah terdapat suatu inovasi baru yang harus diambil suatu keputusan. Pengambilan keputusan untuk menyelesaikan masalah ini menjadi bagian dari konsep ijtihad. Konsep ini dijelaskan sebagai konsep jihad yang etis melalui pengembangan keputusan baik itu individu atau kelompok untuk mencapai solusi yang tepat. Proses ini melibatkan pemikiran analitis dan kritis yang melibatkan disiplin (tidak bertentangan dengan Qur’an dan Hadits) serta pengetahuan diri (inteligensi). Hasil dari ijtihad inilah yang kemudian nanti disebut dengan produk kreativitas itu sendiri. Sebuah usaha yang berhasil biasanya melibatkan pemikiran dan kreativitas.
Dengan demikian, maka agama Islam sangat mendukung dan mendorong pengembangan kreativitas umatnya.







BAB III
PENUTUP
3.1. Kesimpulan
Berpikir kreatif adalah suatu cara berpikir dimana seseorang mencoba menemukan hubungan-hubungan baru untuk memperoleh jawaban baru terhadap masalah. Dalam berpikir kreatif, seseorang dituntut untuk dapat memperoleh lebih dari satu jawaban terhadap suatu persoalan dan untuk itu maka diperlukan imajinasi. Adapun berpikir analitis adalah berpikir yang sebaliknya menggunakan suatu pendekatan logis menuju ke jawaban tunggal. Sebenarnya dalam menghadapi masalah kita membutuhkan kedua jenis berpikir tersebut, yaitu berpikir logis-analitis dan berpikir kreatif. Berpikir logis-analitis sering disebut dengan berpikir konvergen, karena cara berpikir ini cenderung menyempit dan menuju ke jawaban tunggal.
Sementara itu berpikir kreatif sering disebut sebagai berpikir divergen, karena disini pikiran didorong untuk menyebar jauh dan meluas dalam mencari ide-ide baru. Dalam berpikir kreatif proses yang terjadi ternyata melalui beberapa tahapan tertentu. Suatu ide tidak dapat dengan tiba-tiba muncul di dalam benak kita. Ide-ide terjadi setelah berbagai macam simbol diolah di alam bawah sadar kita. Sehingga dapat dikatakan bahwa dalam terjadinya berpikir kreatif, mau tidak mau akan melewati beberapa tahap.
Namun dalam prespektif islam, Kreativitas merupakan proses kognitif untuk menemukan solusi yang asli dan benar-benar baru, baik itu berupa produk atau bukan dan bisa jadi hal ini adalah anugerah yang diberikan Allah swt kepada hamba-Nya yang benar-benar mau memikirkan (tadzakkur) terhadap apa yang terjadi di sekitarnya. Islam dalam hal penekanannya terhadap fungsi kognitif (akal) dan fungsi sensori (indera) sebagai alat penting untuk belajar sangat jelas.
Kata-kata seperti ya’qilun, yatafakkarun, yubshirun, yasma’un dan sebagainya yang terdapat dalam Al-Qur’an merupakan bukti betapa pentingnya penggunaan ranah cipta dan karsa manusia dalam belajar dan meraih ilmu pengetahuan. Kreativitas disamping bermanfaat untuk pengembangan diri juga merupakan kebutuhan akan perwujudan diri (aktualisasi diri) sebagai salah satu kebutuhan paling tinggi bagi manusia. Kreativitas adalah suatu proses merasakan dan mengamati adanya masalah, membuat dugaan tentang kekurangan, menilai dan menguji dugaan hipotesis kemudian mengubahnya dan mengujinya lagi sampai pada akhirnya memperoleh hasilnya. Adapun dalam memandang konsep kreativitas ini, agama Islam sudah sangat jelas, yaitu telah memberikan ruang seluas-luasnya kepada umatnya untuk selalu berpikir dan menemukan ide-ide kreatif sebagaimana yang termaktub dalam kitab suci Al Qur’an dan Hadits.



DAFTAR PUSTAKA
Sunaryo. 2002. Psikologi Untuk Keperawatan. Jakarta: EGC.
Semiawan R. Conny. 1998. Dimensi Kreatif dalam Filsafat Ilmu.  Bandung: Remaja Rosda Karya
Sunarti, Kustiah, dkk. 2001. Psikologi Perkembangan II. Makassar: FIP UNM
Adair, John. Adair on Creativity and Innovation. 2004. London : thorogood publising
Ltd
Mangunhardjono, AM. 1986. Mengembangkan kreativitas. Yogyakarta: Kanisius. Mudjiran, Dkk. 2007.
Buku Ajar; Perkembangan Peserta Didik. Padang: UNP Press.
Utami Munandar. 2004. Perkembangan kreativitas anak berbakat. Jakarta: Rineka Cipta.
Abdul Rahman Shaleh, Muhbib Abdul Wahab. Psikologi Suatu Pengantar dalam Perspektif Islam. Kencana. Jakarta : 2004.
Asiah, N. Urgensi Pendidikan Islam dalam Pemberdayaan Masyarakat. KOMUNITAS: Jurnal Pengembangan Masyarakat Islam. No. 2, Volume III : 2007.
Hariwijaya. How to Success; Strategi Mengembangkan Diri Untuk Meraih Kesusksesan. Tugupublisher. Yogyakarta: 2009.
Jeanne Ellis Ormrod. Psikologi Pendidikan (Membantu Siswa Tumbuh dan Berkembang). Erlangga. Jakarta : 2010.
Muhammad Utsman Najati. Al-Qur’an dan Ilmu Jiwa. Mustaqiim. Kairo : 2000. Psikologi dalam Tinjauan Hadits Nabi. Mustaqiim. Kairo : 2000.
Muhibbin Syah, M. Ed. Psikologi Pendidikan dengan Pendekatan Baru. Remaja Rosdakarya. Bandung : 2004.
Nashori, F. & Mucharram, R.D. 2002. Mengembangkan Kreativitas: Perspektif Psikologi Islam. Menara Kudus. Yogyakarta : 2002.
Mustaqim, Abdul Wahab. Psikologi Pendidikan. Rineka Cipta. Jakarta : 2010. Saifullah. Mencerdaskan Anak. Lintas Media. Jombang : 2004.
Suharnan. Psikologi Kognitif. Srikandi. Surabaya : 2005. Syaiful Bahri Djamarah. Psikologi Belajar. Rineka Cipta. Jakarta : 2002. Utami Munandar, S.C. Mengembangkan bakat dan kreativitas anak sekolah. Gramedia Widyatama. Jakarta : 1999.
Utami Munandar, S.C. Mengembangkan Inisatif dan Kreativitas Anak. Jurnal Pemikiran dan Penelitian Psikologi PSIKOLOGIKA, No. 2, Volume II : 1997.
Sobur, A. Psikologi Umum.Bandung: CV Pustaka setia.2003
Sumanto, M. Paikologi Umum. Jakarta: PT Buku seru. 2014

 


 

1 komentar:

Tutorial Lengkap Agar disetujui Daftar Google Adsense

Sejak membuat BLOGOOBLOK, ratusan sudah postingan yang saya buat. Tidak sedikit diantaranya membahas  Google Adsense . Ini menandakan...